Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abu Bakar bin
‘Aydrus bin ‘Umar bin ‘Aydrus bin ‘Umar bin Abu Bakar bin ‘Aydrus bin
Husein bin As-Syekh Al Kabir Al-Qutb As-Syahir Abu Bakar bin Salim bin
Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Sayyidina Syekh Al-Imam
Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin
Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin
Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi
Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib
As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina
Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad
bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad
An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam
Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina
Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul
Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Selain
dikenal sebagai seorang pendidik yang ulung, beliau juga giat berdakwah
menyeru orang-orang ke jalan Allah swt dan menyebarkan ilmu-ilmu
syari’at. Prinsipnya dalam berdakwah, beliau tak kenal menyerah, bahkan
siap mengorbankan jiwa, raga dan harta untuk meraih keridhaan Allah swt.
Habib Muhammad lahir di Misthoh, sebuah kampung kecil di pinggiran
kota Tarim pada tahun 1332 H. Sedari kecil beliau telah mendapat
pendidikan agama dan budi pekerti langsung dari ayahandanya, Habib Salim
bin Hafidz. Wajarlah, ketika usianya tumbuh dewasa, pribadi Habib
Muhammad dipenuhi budi pekerti dan sifat-sifat yang mulia.
Selain dididik sang ayah, beliau juga belajar dengan para ulama dan
habaib yang ada di Hadramaut. Di antaranya Habib Ali bin Abdurrahman
Al-Masyhur, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri, Habib Alwi bin Abdullah
bin Syihab dan banyak lagi guru alim lainnya.
Semangat belajar yang
tinggi, ditunjang dengan kecerdasan yang telah tumbuh sejak kecil,
membuat Habib Muhammad tidak hanya memilih satu bidang ilmu keahlian,
beliau mempelajari ilmu agama hampir secara keseluruhan, meliputi segala
ilmu agama, seperti ilmu hadits, tafsir, fiqih, ushul, nahwu, balaghah,
tasawuf, falaq dan lain-lain. Untuk memperoleh berbagai macam bidang
ilmu itu, beliau harus sering bepergian jauh meningggalkan kampung
halamannya untuk bertemu ulama-ulama yang berada di Makkah, Madinah,
juga India, Pakistan dan negeri-negeri lainnya.
Selepas menimba ilmu dari banyak Alim Ulama dan dari berbagai negeri,
beliau kembali ke kampong halamannya dan beliau mendirikan majelis
ilmu. Habib Muhammad sangat memperhatikan bidang pendidikan . besar
harapannya, adanya lembaga pendidikan akan memberikan manfaat terbaik
kepada kaum muslimin dimanapun.
Maka wajarlah bila medan dakwah yang beliau kembangkan tidak hanya di
sekitar Hadramaut, tapi juga ke Makkah, Madinah dan negeri-negeri
terdekat, seperti Afrika, Pakistan dan lain-lain.
Agar lebih menyebar
luas, beliau tidak saja berdakwah secara lisan, tapi juga bil qalam (
dengan tulisan ), dengan mengarang kitab Takmilah Zubdatul Hadits Fil
Faraidh dan Al Miftah Libabin Nikah. Karena ketinggian ilmunya, beliau
dipilih sebagai Mufti kota Tarim.
Sekalipun sudah menjadi orang alim, Habib Muhammad dikenal sangat
menghormati guru-gurunya, memperhatikan segala perintah, dan
mengutamakan hak-hak mereka ketika masih hidup maupun sudah wafat.
Beliau juga selalu berbakti dan patuh terhadap orang tua, berbuat baik
terhadap keluarga, memiliki sifat sabar, selal;u memberi maaf, dan
apabila dimusuhi akan balas dengan kebaikan, selalu tunduk dan khusyu’
kepada Allah swt, sangat tawadhu’, tidak mengumbar kegembiraan dengan
hal-hal bersifat duniawi. Ya, segala perangi terpuji terkumpul dalam
keperibadian Habib Muhammad.
Habib Muhammad menghabiskan waktunya dengan bermacam-macam ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah swt. Beliau tidak pernah meninggalkan
ibadah malam hari. Aktivitasnya dipenuhi dengan membaca Al-Qur’an,
berdzikir, mengajar, menulis, ziarah, memberi fatwa ilmu dan menolong
sesama. Bahkan pernah, dalam satu hari, beliau hadir dalam 16 majelis
ilmu.
Habib Muhammad selalu ridha karena Allah swt, dan marah apabila
hak-hak Allah swt diremehkan. Beliau pemberani, tidak takut segala
rintangan yang menghalanginya dalam berdakwah. Hingga suatu waktu,
beliau dipanggil oleh pemerintah pemberontak komunis di negeri itu pada
bulan Dzulhijjah 1392 H. tak pernah kembali, dan sejak itulah beliau
dianggap telah gugur sebagai syahid dunia dan akhirat, dalam usia 60
tahun.
Ketika itu, beliau datang bersama seorang anak berusia 9 tahun.
Dengan sabar dan penuh ketabahan, ketika dipanggil ke barak, beliau
berkata kepada si anak, yang tiada lain Habib Umar, “Nak, tunggulah
disini, Ayah pergi sebentar. Tunggu Ayah sampai kembali.” Habib Muhammad
lalu melepas surban dan menyerahkannnya kepada Habib Umar.
Lama ditunggu, Habib Muhammad tak kembali. Kemudian Habib Umar masuk
ke dalam barak sembari membawa surban ayah tercinta, dan bertanya kepada
petugas yang berjaga. Namun tidak ada yang bisa mewmberikan jawaban
yang sebenarnya, hingga ada orang yang iba melihat anak kecil itu dan
kemudian membawanya pulang dan mendidiknya menjadi orang yang alim.
Dialah yang dikemudian hari dikenal sebagai pemimpin Pondok Pesantren
Darul Musthafa, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Ibnu Syekh
Abu Bakar bin Salim.
0 komentar:
Post a Comment